Prudence Mak Dari Kain Perca sampai Galeri Desainer Muda
Penulis : Agnes Rita Sulistyawaty
Prudence Mak menjalani masa kecil dalam kondisi ekonomi yang sulit. Namun, di tengah aneka keterbatasan, dia justru menemukan bakat artistiknya. Kini, dia tidak hanya menjadi salah satu seniman “kain perca”, tetapi juga ikut menfasilitasi perkembangan desainer muda di Hongkong.
Galeri seluas 371 meter persegi di kompleks PMQ Hongkong menjadi etalase kesuksesan kerja panjang Prudence. Material bekas dijahit menjadi karya artistik yang indah, antara lain berupa sarung bantal dan kain alas piring makan.
Ada pula perkakas makan, tas, hingga casing ponsel yang digambari karakter Fatina yang menjadi ciri khas Chocolate Rain, perusahaan design yang didirikan Prudence sejak 15 tahun. “Saat ini, kami sudah dalam fase usaha yang stabil. Pembeli banyak yang datang,” kata Prudence.
Namun, kemapanan tidak membuat Prudence melupakan perjuangan di awal kariernya. Dia mendirikan Young Designer Hub yang, antara lain, berupa ruang di galerinya untuk memajang ratusan karya 20 desainer muda. Dalam 3-4 bulan, karya yang dipajang diganti dengan karya dari 20 desainer muda lainnya.
Sekali sebulan, Prudence menggelar pasar seni yang menjadi tempat bertemunya puluhan desainer muda dan pembeli. Dalam kegiatan ini, 35 merek ditampilkan.
Prudence memiliki sederet kegiatan sosial. Setahun, sedikitnya 30 kegiatan sosial dilakukan antara lain bagi anak –anak yang tidak mampu. Keterampilan yang diajarkannya terutama menjahit dan melukis.
Jiwa wirausaha
Prudence mewarisi bakat artistik dari ibundanya. Bakat ini yang mendorong Prudence gigih memperjuangkan keinginannya melanjutkan studi bidang seni murni di Kanada.
“Ayah ingin saya mengambil jurusan yang umum seperti kedokteran atau kepolisian. Ayah menganggap, seni hanya membuat saya seperti ibu yang menjadi penjahit dengan upah 20 dollar Hongkong (sekitar Rp. 32.000) per hari. Karena mendapatkan tentangan yang kuat dari ayah, keinginan saya semakin dalam. Mirip kisah percintaan Romeo dan Juliet,” kata Prudence menganalogikan.
Meskipun harus kerja paruh waktu menjadi pembersih toilet demi membiayai sekolah, Prudence akhirnya merampungkan pendidikan di Kanada. Tidak hanya itu, dia kemudian meraih beasiswa penuh untuk gelar master di Central Saint Martins-University of the Arts London.
Bekal ilmu ini membuat Prudence mengasah jiwa wirausaha. Proses ini bukan tanpa sandungan. Tahun 2001, saat awal karier, apresiasi atas karya seni di Hongkong masih minim. Pembeli berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang lebih demi karya seni.
Tantangan besar lain adalah menjamurnya peniruan aneka jenis barang. Kondisi ini membuat produk seni sulit bersaing dengan produk serupa yang telah diproduksi dengan mesin.
Ada juga orang yang meragukan kemampuan Prudence menghasilkan karya seni. “Pandangan miring ini yang membuat saya sejak awal memberikan pelatihan ketrampilan menjahit atau melukis untuk anak-anak. Sampai sekarang, saya punya kelas lokakarya menjahit dan melukis untuk pengunjung yang tertarik belajar,” ujarnya.
Setelah melewati 5 tahun pertama, Prudence mencoba membuka pasar di luar negeri. Dia tidak bosan mengulang kisah di balik tokoh Fatina, yang sebagian besar merepresentasikan perjalanan hidupnya. Cara ini membuat karya seninya bisa diterima masyarakat. Kisah di balik Fatina juga dibagikannya saat menjadi pembicara dalam Hongkong Gifts and Premium 2015, akhir April lalu.
Langkah ini tidak sia-sia. Produk yang selama ini tidak mendapatkan tempat di tanah kelahiran, justru disukai pembeli mancanegara, terutama Eropa.
Dari situ, tawaran untuk pameran dalam berbagai kegiatan mulai diterima Prudence. Pameran di luar negeri membuat karyanya semakin dikenal. Dia pun membuka beberapa gerai di luar negeri.
Meskipun sudah mendapatkan tempat di masyarakat, Prudence tidak tergoda untuk memproduksi massal setiap produk. Satu produk hanya diproduksi 200 buah. “Saya lebih suka membuat produk yang eksklusif dengan jumlah terbatas. Produksi massif hanya membuat barang jadi produk HKD 10 (sekitar Rp. 16.000) saja,” ujarnya.
Apabila produk laris karena disukai orang, Prudence memilih membuat produk serupa dengan desain baru yang segar.
Langkah ini, menurut Prudence, baik untuk usaha skala kecil menengah. Sebagai desainer, dia memilih untuk mempertahankan usaha pada skala kecil-menengah dengan tim kreatif 10 orang saja.
Dia mengakui, produksi skala besar hanya akan mematikan ide ktreatif. Produksi massal hanya mendorong orang berpikir soal pendapatan saja, bukan untuk menjaga ide kreatif agar tetap segar.
Peran keluarga
Jauh sebelum mengecap sekolah formal di bidang seni, Prudence mengasah bakat dari kesehariannya bersama sang ibu.
“Ibu saya bekerja sebagai penjahit. Karena harus mengasuh saya dan kakak, ibu membawa kami ke tempat kerja. Sejak kecil, saya akrab dengan kain perca yang berserakan di lantai,” katanya.
Dari kain perca ini,Prudence mendapatkan bahan untuk menghasilkan pakaian boneka. Boneka yang dimainkannya bukanlah boneka mahal, melainkan boneka bekas yang ditemukan kakeknya yang bekerja sebagai petugas kebersihan.
“Kadang kala saya membuat terlalu banyak pakaian boneka. Pakaian ini lantas saya bawa ke sekolah dan saya bagikan kepada teman-teman sekolah. Mereka senang dengan hasil kerja saya. Belakangan, saya menyadari bahwa kegembiraan ini yang tidak bisa dibeli dengan uang,” ujarnya.
Prudence masih memiliki mimpi. Dia ingin agar desainer muda di seluruh dunia memiliki jejaring, Jejaring ini diyakininya bisa membuat produk seni semakin mendapatkan tempat di masyarakat.
Prudence Mak
Lahir : 3 Juli (tahun dianggap sebagai data privat)
Jabatan : Pendiri dan Direktur Artistik Chocolate Rain Design
Pendidikan : Design Smart scholarship to Central Saint Martin’s London for MA Degree in Design Studies
Beberapa penghargaan :
- Ten Outstanding Designers Award, 2010
- Salah satu peraih Hong Kong’s Ten Outstanding Young Persons, 2012
- Peraih perak kategori Fashion di Hong Kong Designers Association (HKDA) Global Design Award, 2012
- Peraih Hong Kong Best Award kategori HKDA Global Design Award, 2012
- Peraih perunggu kategori Product, HKDA Global Design Award, 2012
- Smart Gift Design, Hong Kong Trade Development Council, 2012
- Young Women Innovator Award 2013 by APEC
Beberapa pameran dan kegiatan design :
- Hong Kong Post Office, Valentine’s Day Promotion, 2012
- Hong Kong Airport, Chocolate Rain Easter Promotion and do it yourself workshop, Hongkong, 2012
- WWF and Chocolate Rain Ear
Sumber : Kompas, Rabu, 13 Mei 2015