PUTRA PUTRI BATIK NUSANTARA 2014
Kecintaan kaum muda pada batik harus terus ditumbuhkan. Caranya tak hanya dengan membeli dan memakal baju batik, anak muda juga diharapkan mengetahul seluk-beluk batik yang
menjadi warisan budaya bangsa.
Napas itulah yang terekam dalam salah satu kegiatan karantina Putra Putri Batik Nusantara 2014, di Museum tekstil, Jakarta, akhi pekan lalu.
Putra Putri Batik Nusantara 2014 ini diadakan untuk keempat kalinya. Untuk menjaring finalis, panitia dan Ikatan Pecinta Batik Nusantara bersama Kemen terian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkeliing Indonesia.
Permilihan bakat-bakat muda ¡ni bertujuan menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan akan warisan hudaya Indonesia. khususnya di kalangan kaurn muda. Para finalis yang terpilih berasal dan sejumlah kota, seperti Jakarta. Yogyakarta, Solo, Medan, dan Balikpapan.
Sebanyak 28 finalis Putra Putri Batik Nusantara 2014 mengunjungi Museum Tekstil yang memamerkan beragam bentuk batik dan sejumlah wilayah. Beragam motif batik dan Yogyakarta, Solo, Madura, sampal Sumba di Nusa Tenggara Timur bisa dinikrnati pengunjung museum ini.
Dalam kesempatan itu, para finalis menyimak penjelasan dan staf museum. Beberapa kali, mereka mengajukan pertanyaan. Ada juga seorang finalis yang membawa koleksi kain hatiknya untuk disamakan dengan motif batik yang dipamerkan di museum.
Koleksi keraton
Selain itu, para finalis juga diajak melihat kain batik koleksi Keraton Yogyakarta. Solo. dan Karangasem (Bali) yang dipakai untuk pernikahan adat.
Dalam pameran Wastra Adat Keraton dalam Tradisi Pernikahan itu, mereka mengamati batik yang terbagi dalam empat bagian, yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pakualaman Yogyakarta, Keraton Surakarta Hadiningrat, Mangkunegara. dan Pun Karangasem Bali.
Tak hanya para finalis yang berminat mengunjungi pameran tersehut. Salah seorang panitia Wastra Adat Keraton dalam Tradisi Pernikahan, Wisnu Sudarmadji, mengatakan, pengunjung parneran datang dan berbagai usia, sebagian adalah siswa SMA dan mahasiswa. “Kami pernah membuat pelatihan membuat wiru gaya Solo dan Yogyakarta, dengan peserta sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Antusiasme mahasiswa untuk melestarikan batik cukup baik” UjarWisnu.
Tak lengkap kalau para finalis hanya melihat pameran batik. Merekajuga diajak belajar membuat batik di Pendopo Museum Tekstil. Di tempat itu, siapa saja bisa belajar membatik, baik secara individual maupun berkelompok. Pelatihan batik biasanya dilaksanakan di pendopo, seperti
kursus pcwarna alam, ikat celup, aplikasi manik-manik. sularn, dan tenun dasar untuk pemula.
Makna motif
Setelah diherikan penjelasan mengenai motif batik, para finalis niulai membatik. Proses ini diawali dengan menjiplak motif batik di atas kain putih berukuran 50 cm x 50 cm. yang disediakan museum. Dengan waktu yang terbatas, peserta hanya bisa menjiplak, meski pihak museum membebaskan mereka menggamhar sendiri motif batik yang diinginkan.
Lalu, dengan hati-hati mereka mulai menggoreskan him atau malam cair di atas kain. Mereka duduk berkelompok mengelilingi malam cair yang dipanaskan diatas kompor. Beberapa kali staf museum mengingatkan mereka supaya tidak panik jika ada malam yang menetes di luar garis motif. Dalam waktu sekitar setengah jam, mereka menyelesaikan motif batik yang dibuatnya.
Salah satu finahs dan Yogyakarta, El-sana Bekti Nugroho. mengungkapkan kecintaannya pada batik dengan bergabung dalam Paguyuban Pecinta Batik Indonesia “Sekarjagad” di Yogyakarta. Dan inii, Bekti bisa mengetahui filosofi motif batik yang penuh makna.
“Misalnya motif batik Ratu Ratih yang memiliki magis sangat ki.iat. Motif ini menggambarkan kernuliaan dan hubungannva dengan alam sekitar dan dibuat pada masa Paku Buwono VI. Motif batik ini biasanya dipakai untuk menghadiri suatu jamuan,” ungkap Bekti, mahasiswa .Jurusan Teknik Arsitektur Fakuitas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hal senada disampaikan finalis lainnya, Aflflisa Hertarni Kusumastuti, yang merasa batik sangat dekat dengan kehidupannya.
“Dalam kéluarga saya yang tinggal di Yoyakarta. ada kedekatan dengan batik Sejak kelahiran sampai meninggal. Kami mengenakan batik. Dengan batik, kita mencintai kehidupan,” ujar Annisa lulusan Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta.
Sementara itu, dalarn final Putra Putri Batik Nusantara 2014, Minggu (28/9), diJakarta. terpiih Garuda Cakti Viratama (Surabava) dan Nina Jane Bustan (Jakarta) sebagai pemenang.
Penilaian itu dilakukan para juri setelah mereka mengikuti serangkaian kegiatan karantina, seperti membatik unjuk kreativitas dan bakat, serta pengetahuan mengenai batik.
Banyak cara yang bisa dipiih untuk mengungkapkan kecintaan kita pada batik. Jangan sampai warisan budaya yang diakui dunia internasional ini punah. Selamat Han Batik pada 2 Oktober mendatang. (SIE)
Sumber: Kompas.-30-September-2014.Hal_.35