Seram-seram Cantik

Seram-seram Cantik.Jawa Pos.17 September 2014.Hal.29,39

SURABAYA- Hegitu banyak eksplorasi rupa yang bisa dilakukan dengan sapuan make-up. Eddy Rizaldy, make-up artist Surabaya, memilih zombi sebagai inspirasi eksperirnen terbarunya. Dalam  demo face painting kemarin(16/9), Eddy melukis wajah model bemama Firza dengan konsep half zombie fçzce alias wajah separo zombi. “Jadi separo saya lukis cantik, satunya lagi serupa zombi,” jelas pemilik sebuah sekolah make-up artist ftu. ‘

Bagian yang dilukis seperti zombi tersebut diberi dasar putih pekat. Bahannya cat khusus wajah dicampur air. Mcnggunakan bantuan al at airbrush, adonan tersebut dlisemprotican ke bagian yang dflnginkan. Setelah itu, Eddy melulds detail-detailnya. Untuk gradasi warna, dia menggunakan palet-palet eye shadow. “‘Pernulasan detail sebaiknya menggunalan kuas yang kecil, kaku, dan pipih” ujarnya.

Berkutat beberapa saat, Eddy pun berhasil menghadirkan kesan kombinasi cantik sekaligus menyerarnkan di wajah Firza. Setelah itu, Eddy mencoba gambar lain. Kali ini dia ingin menggambar wajah kembar siam dengan model Indies Bobo. Konsep tersebut lebih rumit karena harus mampu memberi efek tiga dimensi. “Dalam satu wajah, harus bisa terithat seakan ada dua wajah yang begitu mirip,” kata Eddy.

Langkah pertama adalah menggambar sisi yang merupakan efek kembáran. “Bagian paling sulit adalah menggambar hidung. Melukisnya menggunakan pensil ails, harus berkonsentrasi tinggi

supaya tergambar simetris7 uçapnya. Jangan lupa menambahkan gambar bibír kecil nan imut berwarna merah menyala. Yang paling penting dalam lukisan kembar siam adalah pemberian hading

di bagian bawah bibir lukisan.

 

Bagian Materi Make-Up Artistik

Dengan gradasi hitam yang mengarah pada varna kulit, shading memberi efek tiga dimensi.

Seolah-olah lukisan tersebut adalah wajah yang menonjol. Menurut Eddy, dirinya sering membuat face painting dengan tema kembar siam. “Malam malam saya sering melukis tema begini. Lama-lama kalau dilihat jadi serarn sendiri,” ucapnya lantas tertawa.

Siapa saja yang bisa melakukan face painting? Eddy mengatakan, semua orang yang suka melukis juga bisa melakukan face painting. Tapi, khusus untuk seseorang yang belajar make-up, ma

ten face painting masuk dalam make-up artistik. “Maten make-up artistik didapatkan setelah lolos maten make-up wedding karena lebih kompleks,” jelasnya. (ina/c7/ayi)

 

Sumber: Jawa-Pos.17-September-2014.Hal_.29

Paduan Kebaya dan Rok Bunga Elegan

Paduan Kebaya dan Rok Bunga Elegan. Jawa Pos.20 September 2014.Hal.1,39

SURABAYA – Tampilan kebaya yang monoton kerap membuat pakaian tradisional itu kurang memiliki daya tarik. Kebaya juga sering diidentikkan dengan sesuatu yang kuno. Berupaya mematahkan anggapan tersebut, desainer Gilang Arbiansyah mernodifikasi kebaya menjadi rancangan yang lebih modern sekaligus elegan.

Tiga kebaya yang dit ampilkan dalam showcase kemarin (19/9) disesuaikan dengan tema daerah. Kebaya berwarna gold merupakan modifikasi kebaya Bali. Ia terlihat berbeda karena dipadukan dengan rok panjang bervolume dan berbentuk rimpel rimpel bunga. “Untuk membuat rok

ini, dibutuhkan loo meter kain organza (kain kaca),” katanya.

Kesan glamor dihasilkan dan 500 biji kristal swarovski yang menempel di kebaya Sebagai aksesori, Gilang memasangkan tiara bunga dengan dominan wama emas. Untuk make-up, digunakan warna-warna lembut seperti tembaga, pink, dan gold dengan fokus pada mata.

 

Bebas Pilih Bahan maupun Bentuk

Penting diingat, make-up tidak boleh terlalu ngejreng karena bisa rnengalihkan fokus dan kebaya. “Terlihat modern, tapi masih terasa unsur tradisionalnya,” ungkap Giláng yang juga bertindak sebagai make-up artist.

Rancangan kedua pria yang sudah delapan tahun mendiri kan Rumah Kebaya itu adalah

kebaya pengantin muslim. Torehan warna ungu dengan payet kristal swarosvki rnenghadirkan kesan kalem dan anggun. Maten yang dipakai adalah brokat dan tile. Gilang mengaplikasikan cutting ramping mengikuti lekuk tubuh. “Kebayanya ditambahi obi atau belt plus kristal swarosvki, jelasnya.

Karya ketiga adalah gaun bertema puth Sunda nan seksi. Dominan warna yang digunakan hijau dan tembaga. “Gin khas Sunda adalah siger atau mahkota dan warna hijau daun,” kata Gilang.

Gilang membuat belahan tinggi pada sisi depan rok yang mampu memancarkan aura seksi si pemakai. Gilang menyebut ciri desain rancangannya ialah kebaya modifikasi Model kebaya tradisional dan berbagai daerah di Indonesia dikombinasikan dengan gaun modern yang bebas. Bebas berekspresi, balk pada pemilihan detail, bahan, maupun bentu ujarnya. (bir/c6/ayl)

Sumber: Jawa Pos. 20 September 2014. Hal.1,39

Mencintai Warisan dengan Belajar Membatik

Mencintai Warisandengan Belajar Membantik.Kompas. 30 September 2014.Hal.35

PUTRA PUTRI BATIK NUSANTARA 2014

Kecintaan kaum muda pada batik harus terus ditumbuhkan. Caranya tak hanya dengan membeli dan memakal baju batik, anak muda juga diharapkan mengetahul seluk-beluk batik yang

menjadi warisan budaya bangsa.

Napas itulah yang terekam dalam salah satu kegiatan karantina Putra Putri Batik Nusantara 2014, di Museum tekstil, Jakarta, akhi pekan lalu.

Putra Putri Batik Nusantara 2014 ini diadakan untuk keempat kalinya. Untuk menjaring finalis, panitia dan Ikatan Pecinta Batik Nusantara bersama Kemen terian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkeliing Indonesia.

Permilihan bakat-bakat muda ¡ni bertujuan menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan akan warisan hudaya Indonesia. khususnya di kalangan kaurn muda. Para finalis yang terpilih berasal dan sejumlah kota, seperti Jakarta. Yogyakarta, Solo, Medan, dan Balikpapan.

Sebanyak 28 finalis Putra Putri Batik Nusantara 2014 mengunjungi Museum Tekstil yang memamerkan beragam bentuk batik dan sejumlah wilayah. Beragam motif batik dan Yogyakarta, Solo, Madura, sampal Sumba di Nusa Tenggara Timur bisa dinikrnati pengunjung museum ini.

Dalam kesempatan itu, para finalis menyimak penjelasan dan staf museum. Beberapa kali, mereka mengajukan pertanyaan. Ada juga seorang finalis yang membawa koleksi kain hatiknya untuk disamakan dengan motif batik yang dipamerkan di museum.

Koleksi keraton

Selain itu, para finalis juga diajak melihat kain batik koleksi Keraton Yogyakarta. Solo. dan Karangasem (Bali) yang dipakai untuk pernikahan adat.

Dalam pameran Wastra Adat Keraton dalam Tradisi Pernikahan itu, mereka mengamati batik yang terbagi dalam empat bagian, yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pakualaman Yogyakarta, Keraton Surakarta Hadiningrat, Mangkunegara. dan Pun Karangasem Bali.

Tak hanya para finalis yang berminat mengunjungi pameran tersehut. Salah seorang panitia Wastra Adat Keraton dalam Tradisi Pernikahan, Wisnu Sudarmadji, mengatakan, pengunjung parneran datang dan berbagai usia, sebagian adalah siswa SMA dan mahasiswa. “Kami pernah membuat pelatihan membuat wiru gaya Solo dan Yogyakarta, dengan peserta sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Antusiasme mahasiswa untuk melestarikan batik cukup baik” UjarWisnu.

Tak lengkap kalau para finalis hanya melihat pameran batik. Merekajuga diajak belajar membuat batik di Pendopo Museum Tekstil. Di tempat itu, siapa saja bisa belajar membatik, baik secara individual maupun berkelompok. Pelatihan batik biasanya dilaksanakan di pendopo, seperti

kursus pcwarna alam, ikat celup, aplikasi manik-manik. sularn, dan tenun dasar untuk pemula.

Makna motif

Setelah diherikan penjelasan mengenai motif batik, para finalis niulai membatik. Proses ini diawali dengan menjiplak motif batik di atas kain putih berukuran 50 cm x 50 cm. yang disediakan museum. Dengan waktu yang terbatas, peserta hanya bisa menjiplak, meski pihak museum membebaskan mereka menggamhar sendiri motif batik yang diinginkan.

Lalu, dengan hati-hati mereka mulai menggoreskan him atau malam cair di atas kain. Mereka duduk berkelompok mengelilingi malam cair yang dipanaskan diatas kompor. Beberapa kali staf museum mengingatkan mereka supaya tidak panik jika ada malam yang menetes di luar garis motif. Dalam waktu sekitar setengah jam, mereka menyelesaikan motif batik yang dibuatnya.

Salah satu finahs dan Yogyakarta, El-sana Bekti Nugroho. mengungkapkan kecintaannya pada batik dengan bergabung dalam Paguyuban Pecinta Batik Indonesia “Sekarjagad” di Yogyakarta. Dan inii, Bekti bisa mengetahui filosofi motif batik yang penuh makna.

“Misalnya motif batik Ratu Ratih yang memiliki magis sangat ki.iat. Motif ini menggambarkan kernuliaan dan hubungannva dengan alam sekitar dan dibuat pada masa Paku Buwono VI. Motif batik ini biasanya dipakai untuk menghadiri suatu jamuan,” ungkap Bekti, mahasiswa .Jurusan Teknik Arsitektur Fakuitas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hal senada disampaikan finalis lainnya, Aflflisa Hertarni Kusumastuti, yang merasa batik sangat dekat dengan kehidupannya.

“Dalam kéluarga saya yang tinggal di Yoyakarta. ada kedekatan dengan batik Sejak kelahiran sampai meninggal. Kami mengenakan batik. Dengan batik, kita mencintai kehidupan,” ujar Annisa lulusan Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta.

Sementara itu, dalarn final Putra Putri Batik Nusantara 2014, Minggu (28/9), diJakarta. terpiih Garuda Cakti Viratama (Surabava) dan Nina Jane Bustan (Jakarta) sebagai pemenang.

Penilaian itu dilakukan para juri setelah mereka mengikuti serangkaian kegiatan karantina, seperti membatik unjuk kreativitas dan bakat, serta pengetahuan mengenai batik.

Banyak cara yang bisa dipiih untuk mengungkapkan kecintaan kita pada batik. Jangan sampai warisan budaya yang diakui dunia internasional ini punah. Selamat Han Batik pada 2 Oktober mendatang. (SIE)

 

Sumber: Kompas.-30-September-2014.Hal_.35

Keindahan Kain Sarung

Keindahan Kain Sarung.Jawa Pos.22 September 2014.Hal.36

SURABAYA – Di tangan desainer Adith Hendart, kain sarung bisa menjelma menjadi busana stylish. Menggunakan kain-kain Marrakech by Gajah Duduk, karya terbaru Adith itu rencananya dipamerkan di Ciputra World Fashion Week mulai 25-28 September mendatang.

Alumnus Fakultas Hukum Unair yang mendalami ilmu merancang busana dengan mengambil short course di Arva School of Fashion tersebut membuat beberapa model. Mulai sackdress, pencil skirt, kemeja dengan kerah shanghai, sampai loose blouse yang kini menjadi must have item kaum hawa.”Sebelum mendesain, saya melakukan observasi kain sarung dan tren fashion dunia 2015,” paparnya.

Dari dua hal itu, Adith sepakat membuat cutting yang innocent alias simpel. Menurut dia, tahun depan banyak perempuan yang memilih berkarir. Sibuk dengan pekerjaan, mereka tidak sempat memikirkan cutting meski pastinya tetap ingin terlihat gaya. “Potongan simpel ini menjadi jawabannya. Cutting sederhana tetap stylish,” katanya.

Adith juga mendesain busana sarungnya menjadi multifungsi. Ada padu-padan dengan kain lain yang digunakan sehingga buana menjadi multifungsi. Sackdress, misalnya. Ada potongan kain crap yang merupakan bahan daur ualng. Potongannya mirip vest.

Satu penampilan hanya mengenakan drees-nya. Begitu ingin tampil beda, tinggal pasang vest itu. Untuk warna, Adith memilh bermain dalam warna-warna natural. “Warna-warna alam itu menjadi tren 2015,” imbuhnya.

Reni Puspita, section head nonsarung Gajah Duduk, menambahkan, kini pihaknya berfokus menggarap kain sarung untuk busana anak muda. Yang digunakan adlah kain sarung khusus dengan motif terinpirasi dari daerah-daerah di Indonesia, tipikal itu sedang disukai anak-anak muda. “Kain sarung juga dikenal bisa menyesuaikan dengan cuaca panas dan dingin. Jadi, pas dengan iklim Indonesia,” kata Reni.

Sumber: Jawa Pos. 22 September 2014. Hal 36

Kain Tradisional, Cutting Modern

Kain Tradisional,Cutting Modern.23 September 2014.Hal.40

Virus Tenun Rangrang

SURABAYA – Pencinta kain tradisional pasti tidak akan melewatkan jenis kain tenun rangrang. Sekilas, kain ihi tidak seperti kain tradisional pada umumnya karena bermotif tribal. Namun siapa kira, kain tersebut murni ciptaan perajin dan Pulan Bali dan Lombok.

“Justru karena motifnya tidak seperti kain tradisional yang membuat kain tenun ini berbeda,” ucap Yuana Tanaya, desainer Sephora Batik. Perempuan yang belajar desain secara otodidak ¡tu mulai meng gemari tenun rangrang awal tahun ini.

Awalnya, dia membeli beberapa kain untuk didesain dan dikenakan sendiri. Narnun, ternyata costumer butiknya tertarik dan memesan. Jadilah, alumnus Jurusan Finance and Logistics Ohio State University, Arnerika Scrikat, tersebut miilai membuat baju dan tenun rangrang.

Yuana mendapatkan tenun rangrang dari Bali. Dia lebih senang mengaplikasikan tenun rangrang ke dalam desain yang membuat orang terlihat lebih muda. Misalnya, pencil skirt, cropped iop, dress, bolero, blazer, dan pep1um blouse.

Ada dua ukuran tenun rangrang. Yakni, 60×200 sentirneter, dan 100×200 sentimeter. Ukuran yang kecil, 60×600 sentimeter, hanya cukup menjadi satu pencil skirt ukuran kecil atau sedang. Padahal, harga kainnya cukup mahal. Satu helai kain sekitar Rp400 ribu-Rp 600 ribu. “Yang tidak tahu pasti menganggap mahal sekali, tapi harganya memang segini karena handmade,” ucap perempuan 33 tahun tersebut.

Karena ¡tu, Yuana sering mengombinasikan tenun rangrang dengan kain lainnya. Misalnya, kain silk, katun, taffeta, hingga duchess. “Untungnya, kain ini juga bagus dikombinasikan dengan kain apa saja,” imbuhnya.

Karena ¡tu lah, perrnintaan busana dengan kain tersebut. terus ineningkat. Dalam seminggu, Yuana bisa menerima 10—15 busana dan tenun rangrang. Padahal, harga baju itu juga tidak murah. Cutting terbanyak yang dipesan costumernya adalah pencil skirt yang dipadtikan dengan cropped top. “Paling sold out ya yang itu karena modelnya ngenomi,” terangnya.

Yuana juga menggunakan model tersebut saat berlibur ke Eropa pada Agustus. Tapi, untuk yang berbadan tambun, Yuana tentu tidak menganjurkan untuk menggunakan padu padan tersebut. Lebih balk menggunakan tenun rangrang dalam model peplum blouse atau bolero saja.

Seiring dengan meningkatnya permintaan tenun rangrang, motif yang ditawarkan perajin sernakin bervariasi. Bila dahulu motifnya sebatas mirip dengan motif tribal, sekarang ada motif halilintar, kupu-kupu, bianglala, dan papan catur. Namun, Yuana tidak mengambil kain dengan motif papan catur karena tidak menyerupai motif aslinya yang bernuansa tribal. (ina/c6/dos)

Sumber: Jawa Pos. Selasa 23 September 2014

Bordir Seksi-Simpel

Bordir Seksi Simpel. Jawa Pos.25 September 2014.Hal.36

Hapus Kesan Tua dan Ketinggalan

SURABAYA – Dulu orang sering mengidentikkan bordir dengan gaya klasik dan ketinggalan zaman. “Kesannya itu kayak emak-emak. Jarang ada anak muda yang mau pakai baju bordir,” ungkap Sheila Andina Inggll, fashion designer. Dia pun terpanggil untuk mengubah image itu.

Kecintaan pada bordir membuat Sheila mewujudkan dress berdetail bordir yang up-to-date

dan cocok untuk anak muda. Ide menghapus kesan tua tersebut kali pertama diwujudkan pada

Indonesian Fashion Week tahun lalu. Mengusung tema Jealousy, perempuan berambut pendek itu

membubuhkan detail bordir 3D handmade pada minidress-nya.

Sheila memilih bunga peony sebagai motif bordirnya. Bunga itu, kata dia, adalah the king of

flower. Motif pun bisa mencuri perhatian. Fokus pandangan orang akan tertuju pada bordiran tersebut. “itu alasannya saya pakai tema jealousy,” jelasnya.

Bordir tersebut dijahit dengan mesin hordir manual untuk kesan timbul dan degradasi alami.

Warna dan model haju pun hidup dan dinamis. Misalnya, warna dasar merah, hijau, kuning dengan cutting mini. “Saya pilih warna yang berani biar lebih hidup,” imbuh alumnus Universitas Kristen Petra itu.

Bordiran timbul tersebut lantas dipadu dengan kain halus berbahan duchess, France-lace, dan title dalam wujud cocktail dress. Kainnya simpel dan minim corak. Kain yang sederhana bisa kiop

dengan bordir. Sebab, dengan detail yang rumit, berat, seria irien colok, bordiran halus menjadi

pusat perhatian. Bila kain yang dipilih terlalu ramai, gaun pun kehilagan corak dan identitasnya.

Gaun yang diperagakan kemarin punya bordiran timbul yang indah. Gaun yang dipakai

Claudia Lewol adalah jenis bus tier dengan tambahan modifikasi di bagian leher. “Bordirnya saya taruh di dada dan sedikit pada pinggul, papar perempuan yang terinspirasi Giambat tista Valli, fashion designer kelas dunia, tersebut.

Bordir itti bisa membentuk lekuk tubuh yang ramping. Untuk bagian neck, dipilih kain

lace sehingga menambah kesan seksi bagi si pemakai.

Gaun yang dipakai Florensia Frosta jauh lebih simpel. Bagian dada dibalut dengan kain menerawang. “Depannya dikasih kain lace supaya seksi. Begitu pula belakang, saya bikin model backless,” imbuh desainer yang mengaku suka detail rumit itu. Lulusan La Mode tersebut menjelaskan, aturan penerapan bordir terletak pada pilihan warna, model baju, dan bordir itu sendiri. Kalau keliru, hasilnya kurang maksimal.

Peletakan bordir juga harus pas. Sebab, ia berfungsi sebagai pengalih perhatian dari bentuk tubuh yang kurang oke. “Kalau perutnya agak buncit, taruh bordir dipundak. Pastikelihatan rarnping”

sarannya. (bir/c7/dos)

Sumber: Jawa Pos. Kamis 25 September 2014

Batik Kiddie Nuansa Pastel

Batik Kiddie Nuansa Pastel. Jawa Pos.12 September 2014.Hal.44

SURABAYA – Memilih batik untuk si kecil memang susah-susah gampang. Warna dan cutting batik yang itu-itu saja membuat anak-anak kurang happy untuk mengenakannya. Hal itu menginspirasi Elizabeth Andi, desainer khusus baju anak-anak, untuk menciptakan gaun pesta batik yang eye-catching bagi anak.

“Saya ingin anak-anak tetap tampil kiddie dan cakep saat mengenakan batik,” ucap perempuan 35 tahun tersebut.

Satu gaun tidak dominan batik. Elizabeth mengombinasikan dengan kain lainnya. Misalnya, duchess, tile, dan katun. Semuanya dikombinasikan dalam satu gaun ber cutting ball gown. Untuk memberi efek mengembang, diberikan tumpukan tile di dalam skirt atau petticoat.

Yang jelas, semua bahan gaun harus membuat nyaman sang anak. Kenyamanan merupakan hal utama dalam membuat gaun untuk anak. “Untuk memberi efek nyaman, bahan yang digunakan jangan yang berat,” imbuhnya.

Semua busana batik anak rancangan Elizabeth menggunakan kain batik tulis. Sebab, motif batik printing dan cap tidak senatural batik tulis. “Motif batik tulis itu lebih abstrak. Warnanya juga soft dan pastel, cocok untuk anak-anak,” ucapnya.

Mencari batik tulis dengan warna pastel tidak mudah. Elizabeth harus berkeliling Jogjakarta dan Solo untuk menemukan motif batik yang menurutnya cocok untuk anak-anak. Sebelum mengolah kain menjadi gaun, Elizabeth mencucinya lebih dahulu. Tapi, mencucinya harus secara manual, tidak dengan mesin cuci. Menjemurnya juga tidak langsung di bawah matahari.

 

Sumber: Jawa Pos 12 September 2014

Batik Jawa Timur Belum Terakomodasi

Batik Jawa Timur Belum Terdokumentasi.Surya.30 September 2014.Hal.9,11

-Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ)-

Batik Jawa Timur Belum Terdokumentasi

“Melihat motif parang pada kain batik, pikiran seseorang pasti tertuju pada batik Solo atau Yogyakarta, karena memang motif parang merupakan ciri kuat batik Jateng. Sedangkan Jatim belum mengakar kuat di mata masyarakat”

Para perajin batik di Jatim sepakat perlu pemetaan motif batik yang terdokumentasi. Hal ini diperlukan untuk merekam jejak sejarah batik Jatim yang konon usianya lebih tua dari batik Jateng. “Mulai dari pesisir barat-utara di Tuban, barat-selatan di Pacitan, barat-tengah di Ngawi, hingga di timur Banyuwangi belum ada pemetaan terdokumentasi otentik atas motif-motif batik Jatim. Kami pikir sudah saatnya melakukan hal itu,”kata Putu Sulistiani, perajin batik asal Surabaya di sela Deklarasi Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ) di Rollas Café Tunjungan Plaza, Senin (29/9).

Sulistiani yang menjabat sebagai Ketua APBJ ini menuturkan batik Jatim kurang dalam hal literatur dan sudah saatnya dilakukan pengumpulan data baik corak, motif, teknik pembuatan, serta teknik pewarnaan, agar batik Jatim tidak ditiru, apalagi sampai diklaim pihak lain.

“Itu jadi agenda terdekat kami sebagai asosiasi resmi. Apalagi dua bulan lagi AFTA sudah berlaku. Kalau tidak ada proteksi dokumentasi literatur, bisa saja nanti ada pihak yang mengklaim motif asli batik Jatim sebagai motif mereka,” sambungnya.

Sulistiani menerangkan,kekurangan pengusaha dan perajin batik Jatim lainnya adalah masih belum banyak yang melakukan standarisasi batik yang aman dan ramah lingkungan. Batik yang memiliki standarisasi ini dinamakanan ‘batik mark’ yang artinya telah lulus uji sertifikasi batik yang bahan, pembuatan, serta pengemasannya sesuai dengan standar keamanan dan ramah lingkungan.

Sulistiani yabg memiliki galeri Batik Dewi Saraswati ini menjelaskan, dari sekitar 300 perajin batik di Jatim, baru 50-an perajin saja yang sudah memiliki sertifikasi batik mark itu “Lembaga yang menguji ada di Jogja. Perajin atau pengusaha batik yang memiliki tanda batik mark ini boleh mengimpor produknya ke luar negeri, terutama Eropa dan Amerika yang ketat dan sangat concern dengan isu ramah lingkungan,” ujar Sulistiani.

Perajin Batik asal Jombang, Ririn Asih Pindari, menambahkan jika ingin menembus pasar internasional, perlu dilakukan perubahan terutama penggunaan bahan pewarna. Ririn yang memiliki usaha batik Sekar Jati ini hanya menggunakan pewarna alami dari tanaman indigo, johlawe, tingi, mahoni, dan lainnya.

“Pasar luar negeri menginginkan produk yang ramah lingkungan. Agar bisa menembusnya, kita pun harus mengubah kebiasaan yang sekiranya diperlukan, seperti menggunakan pewarna alami,” tandas Ririn yang mengaku telah menggunakan pewarna alami sejak tujuh tahun silam.

Deklarasi resmi APBJ, rencananya pada Hari Batik Nasional 2 Oktober mendatang akan diadakan acara parade Batik Jatim di Balai Budaya Surabaya. Acara ini menampilkan batik-batik terbaik dari 38 kota dan kabupaten yang ada di Jatim. (irwan syairwan)

 

Sumber : Surya, 30 September 2014. Hal.9,11

Batik Jatim Motif dan Warna Mencolok

Batik Jatim Motif dan Warna Mencolok. Jawa Pos.4 September 2014.Hal.36

SURABAYA- Batik asal Jawa Timur kini memang semakin menggeliat. Warna dan motifnya punya ciri khas. Itu sangat berbeda dengan batik Jawa Tengah yang identik dengan warna kalem dan motif yang terbatas.

Ketua Asosiasi Profesi Batik Nusantara Bhuana DPC Jatim Erwin Sosrokusumo mengatakan, para penggemar batik bisa membedakan batik Jatim dan Jateng dengan mudah. Batik Jateng mempunyai warna-warna kalem dan netral. Misalnya, cokelat muda, cokelat tua, dan hijau muda. “Nah, kalau batik Jatim, motif dan warnanya lebih mencolok,” ucap Erwin.

Hampir setiap kota/kabupaten di Jawa Timur punya batik. Motif disesuaikan dengan kekhasan daerah. Misalnya, hasil bumi yang diunggulkan atau lainnya. Diantaranya, batik Surabaya yang punya motif daun semanggi. Batik motif bawang merah dari Nganjuk, Bojonegoro dengan motif jati dan jagung, Magetan dengan motif rumpun bambu, dan Madiun dengan motif buah Jeruk. (ina/c6/ayi)

 

Sumber : Jawa Pos. 4 September 2014. Hal.36